Latar Belakang
Sektor Pertanian memegang peranan yang sangat penting dalam
ekonomi Indonesia. Secara konvensional peran tersebut terkait fungsi menjaga
gawang ketahanan pangan (food security), penyerap tenaga kerja,
penghasil devisa, penyedia bahan baku industri dan penjaga kelestarian
lingkungan. Meskipun dalam jangka panjang industri akan menjadi engine of
growth, tetapi besarnya jumlah penduduk yang hidup di sektor semi
tradisional tersebut membuat permasalahan pertanian tidak pernah berakhir.
Transformasi struktural dari ekonomi berbasis pertanian dan sumberdaya alam (resousce
based) ke arah urban industrial tampaknya masih akan tergantung
tingkat kesiapan sektor pertanian. Dengan kata lain, kegagalan meletakkan
landasan di sektor pertanian, membuka peluang penurunan pertumbuhan ekonomi
secara nyata.
Pertanian adalah sektor yang paling tangguh dalam menghadapi
krisis ekonomi yang melanda Bangsa Indonesia sejak pertengahan tahun 1997. Laju
pertumbuhan sektor pertanian masih tetap positif,sedangkan sektor-sektor
lainnya mengalami penurunan. Fakta ini membuktikan bahwa sektor pertanian dapat
dijadikan pilar ketahanan dan keamanan ekonomi nasional menuju era
industrialisasi (Napitupulu 2000).
Pertanian mempunyai kontribusi penting dalam produk domestik bruto (PDB), hal ini dapat dijelaskan bahwa (1) Pertanian merupakan sektor penyerap tenaga kerja yang besar, (2) Pertanian merupakan penghasil produk makanan penduduk Indonesia, peran ini tidak dapat disubstitusikan secara sempurna oleh sektor ekonomi lainnya kecuali apabila impor pangan sudah menjadi pilihan utama, (3) Komoditas pertanian sebagai penentu stabilitas harga, (4) Akselerasi pembangunan pertanian sangat penting untuk mendorong ekspor dan mengurangi impor, (5) Komoditas pertanian merupakan bahan industri manufaktur pertanian dan (6) Pertanian mempunyai keterkaitan sektoral yang tinggi (Sumodiningrat, 2000).
Pertanian mempunyai kontribusi penting dalam produk domestik bruto (PDB), hal ini dapat dijelaskan bahwa (1) Pertanian merupakan sektor penyerap tenaga kerja yang besar, (2) Pertanian merupakan penghasil produk makanan penduduk Indonesia, peran ini tidak dapat disubstitusikan secara sempurna oleh sektor ekonomi lainnya kecuali apabila impor pangan sudah menjadi pilihan utama, (3) Komoditas pertanian sebagai penentu stabilitas harga, (4) Akselerasi pembangunan pertanian sangat penting untuk mendorong ekspor dan mengurangi impor, (5) Komoditas pertanian merupakan bahan industri manufaktur pertanian dan (6) Pertanian mempunyai keterkaitan sektoral yang tinggi (Sumodiningrat, 2000).
Pakpahan (2000) mengatakan bahwa kemajuan suatu bangsa khususnya
Indonesia sangat ditentukan oleh kemajuan sektor pertaniannya. Sejarah mencatat
bahwa fungsi pertanian bukan sekedar menghasilkan komoditas yang nilainya
sebatas pada nilai pasar atau nilai ekonomi semata. Lebih jauh lagi, pertanian
sebagai fungsi dasar keberlanjutan kehidupan dan kapabilitas suatu masyarakat (basic
functioning) yang beradab, misalnya kesehatan masyarakat akan sangat
tergantung bukan hanya dari konsumsi pangan yang jumlahnya cukup, tetapi juga
yang menjamin keseimbangan konsumsi gizi.
Namun demikian, peranan dan fungsi pertanian yang luas tersebut
sampai saat ini belum optimal. Sektor pertanian sebagai sumber kehidupan utama
bagi para petani dan anggota keluarganya belum mampu memberikan kesejahteraan
yang memadai. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor; diantaranya adalah (1)
luas lahan pertanian per rumah tangga petani (RTP) sempit, rata-rata kurang
dari 0,50 Ha sehingga kurang ekonomis untuk usahatani dan (2) makin menurunnya
produktivitas lahan akibat terlalu tingginya intensitas tanam tanpa disertai
upaya pelestarian lahan.
Kepemilikan lahan yang sempit
tersebut, betapapun tingginya produktivitas lahan, pendapatan petani tetap
rendah sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan rumahtangga yang layak. Hal ini
semakin diperburuk oleh penurunan kualitas lahan pertanian. Menurut Karama dan
Sofyan (1996) sekitar 65 % areal sawah mempunyai kandungan C-organik kurang
dari satu persen dan banyak sawah yang keseimbangan unsur haranya terganggu,
antara lain kelebihan fosfat yang dapat berakibat tidak tersedianya unsur hara
mikro seperti Zn. Kondisi demikian membuat banyak rumahtangga pertanian di
perdesaan tetap miskin, sehingga perdesaan sering diidentikan dengan
kemiskinan.
Sub sektor peternakan merupakan
primadona unggulan Kabupaten Blitar. Selain budidaya ternak besar seperti sapi
(perah dan potong),kerbau, kambing/domba, usaha peternakan ayam ras dan ayam
buras dapat dikatakan menjadi andalan.
Selama ini umumnya petani
memelihara ternak hanya sebagai usaha sambilan. Mereka memelihara ternak secara
tradisional sehingga produktivitas ternak dan pendapatan yang diperoleh rendah.
Dengan pemeliharaan yang lebih intensif dan menggunakan teknologi pakan, usaha
ternak di perdesaan berpotensi menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi tanpa
harus bersaing dengan usaha tanaman pangan dalam penggunaan lahan pertanian (not
essentially land based). Disamping dapat membantu mengatasi masalah
rendahnya pendapatan rumahtangga petani dan menurunnya kualitas lahan
pertanian, usaha ternak dapat pula membantu mengatasi masalah ketahanan pangan.
Usaha ternak mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan protein hewani
yang sangat diperlukan oleh tubuh manusia. Sampai saat ini tingkat konsumsi
protein hewani per kapita per hari penduduk Indonesia masih rendah.
Untuk memecahkan permasalahan
tersebut diperlukan perencanaan usahatani yang dapat meningkatkan pendapatan
rumah tangga petani (RTP), meningkatkan produksi ternak dan sekaligus
melestarikan lahan pertanian. Dengan
kata lain, perlu adanya perencanaan usahatani yang berwawasan pertanian
berkelanjutan. Oleh sebab itu penelitian mengenai usahatani terpadu antara
tanaman dan ternak (crop livestock system) dalam upaya menuju sistim
pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) perlu untuk dilakukan
dengan segera.
Permasalahan
Pendapatan rumah tangga petani (RTP) umumnya masih bersumber dari
usaha tanaman pangan terutama padi dan palawija. Sempitnya penguasaan lahan dan
semakin menurunnya produktivitas lahan menyebabkan rendahnya pendapatan
rumahtangga petani. Seperti dikemukakan oleh Rasahan (2000) bahwa rendahnya
pendapatan petani disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yang dominan
adalah (1) terbatasnya penguasaan lahan pertanian per rumahtangga petani (RTP)
rata-rata kurang dari 0,50 Ha sehingga kurang ekonomis untuk usahatani, (2)
semakin menurunnya produktivitas lahan tanpa diimbangi pelestarian lahan dan,
(3) relatif rendahnya harga produk pertanian terutama pada saat panen raya.
Berdasarkan permasalahan tersebut, pembangunan pertanian selain
tetap ditujukan pada tercapainya ketahanan pangan, harus diarahkan untuk
meningkatkan pendapatan rumahtangga petani dan disertai upaya konsentrasi
sumberdaya alam, terutama tanah dan melindungi lingkungan. Untuk mencapai
tujuan tersebut, pembangunan pertanian harus memperhatikan prinsip-prinsip
pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture). Dalam hal ini
pengembangan usahatani terpadu antara tanaman pangan dan ternak (Crop-livestock
system), sebagai sumber pangan dan gizi, sumber kapital, kekayaan dan
kesempatan kerja, sehingga usaha ternak dapat berperanan dalam ketahanan
ekonomi keluarga.
Secara teoritis sistem usahatani terpadu dapat berfungsi menunjang
keberlanjutan,
stabilitas dan peningkatan efisiensi usahatani dengan memanfaatkan
input produksi dari dalam (internal input) . Usaha tanaman pangan dapat
memanfaatkan pupuk kandang sebagai pengganti pupuk anorganik. Usaha ternak
dapat memanfaatkan jerami dan produk sampingan tanaman sebagai pakan ternak.
Dengan demikian sistem usahatani terpadu antara tanaman pangan dan ternak di
perdesaan dapat dikembangkan sebagai sumber pendapatan baru tanpa menimbulkan
persaingan penggunaan lahan dengan usaha tanaman pangan (not essentially
land based activities)
Dalam rangka memecahkan masalah rendahnya pendapatan rumah tangga
petani (RTP) danm enurunnya produktivitas lahan pertanian, usahatani terpadu
antara tanaman pangan dan ternak (crop-livestock system) merupakan
alternatif yang sangat relevan untuk dipertimbangkan. Usaha ternak dapat
menghasilkan pupuk kandang yang sangat berguna untuk memperbaiki kesuburan
tanah. Pupuk kandang merupakan bahan pembenah tanah yang paling baik
dibandingkan dengan pembenah lainnya. Sebaliknya, usahatani tanaman pangan
dapat menghasilkan jerami dan produk sampingan yang dapat digunakan untuk pakan
ternak. Dengan demikian keterpaduan tanaman pangan dan ternak dalam suatu
usahatani akan dapat
meningkatkan efisiensi usahatani dengan memanfaatkan input dalam (internal-input) yang berarti pula mengurangi
penggunaan input dari luar (low-external input). Untuk itu permasalahan
penelitian yang terkait adalah sebagai berikut
- Bagaimana komposisi sumber pendapatan rumahtangga petani dan seberapa besar kontribusi usaha ternak sapi terhadap pendapatan rumahtangga?
- Bagaimana tingkat pemerataan distribusi pengusahaan lahan sawah dan distribusi pendapatan rumahtangga petani?
- Sejauhmana usahatani terpadu antara tanaman pangan dan ternak sapi (crop-livestock system) dapat menunjang pencapaian sistem pertanian berkelanjutan?
Disamping itu usaha ternak dapat juga berfungsi sebagai sumber
pendapatan, tabungan, sumber gizi dan sumber uang tunai yang strategis pada
masa-masa kritis setiap tahun. Ternak sangat berperan dalam ketahanan ekonomi
rumah tangga petani. Ketahanan disini mengandung makna kecukupan dan
kestabilan, yang merupakan bagian dari pertanian berkelanjutan. Agar sistem
usahatani terpadu antara tanaman dan ternak dapat berfungsi maksimal dalam
rangka mewujudkan pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture), perlu
pengelolaan sumber daya yang tersedia pada petani secara optimal.
Didalam usahatani masih terdapat peluang untuk meningkatkan
pendapatan usahatani, yaitu dorongan untuk mengoptimalkan sumber daya lahan,
modal, dan tenaga kerja dalam usahatani terpadu antara tanaman pangan dan
ternak sapi. Melalui usahatani terpadu diharapkan pendapatan usahatani dan
produksi ternak berupa daging dan pupuk kandang meningkat. Dengan demikian
usahatani terpadu antara tanaman pangan dan ternak sapi, akan menunjang
tercapainya sistem pertanian berkelanjutan
Pendapatan rumah tangga petani (RTP) umumnya masih bersumber dari
usaha tanaman pangan terutama padi dan palawija. Sempitnya penguasaan lahan dan
semakin menurunnya produktivitas lahan menyebabkan rendahnya pendapatan
rumahtangga petani. Seperti dikemukakan oleh Rasahan (2000) bahwa rendahnya
pendapatan petani disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya yang dominan
adalah (1) terbatasnya penguasaan lahan pertanian per rumahtangga petani (RTP)
rata-rata kurang dari 0,50 Ha sehingga kurang ekonomis untuk usahatani, (2)
semakin menurunnya produktivitas lahan tanpa diimbangi pelestarian lahan dan,
(3) relatif rendahnya harga produk pertanian terutama pada saat panen raya.
Berdasarkan permasalahan tersebut, pembangunan pertanian selain
tetap ditujukan pada tercapainya ketahanan pangan, harus diarahkan untuk meningkatkan pendapatan rumahtangga
petani dan disertai upaya konsentrasi sumberdaya alam, terutama tanah dan
melindungi lingkungan. Untuk mencapai tujuan tersebut, pembangunan pertanian
harus memperhatikan prinsip-prinsip pertanian berkelanjutan (sustainable
agriculture). Dalam hal ini pengembangan usaha tani terpadu antara tanaman
pangan dan ternak (Crop-livestock system), sebagai sumber pangan dan
gizi, sumber kapital, kekayaan dan kesempatan kerja, sehingga usaha ternak
dapat berperanan dalam ketahanan ekonomi keluarga
Secara teoritis sistem usahatani terpadu dapat berfungsi menunjang
keberlanjutan,
stabilitas dan peningkatan efisiensi usahatani dengan memanfaatkan
input produksi dari dalam (internal input) . Usaha tanaman pangan dapat
memanfaatkan pupuk kandang sebagai pengganti pupuk anorganik. Usaha ternak
dapat memanfaatkan jerami dan produk sampingan tanaman sebagai pakan ternak.
Dengan demikian sistem usahatani terpadu antara tanaman pangan dan ternak di
perdesaan dapat dikembangkan sebagai sumber pendapatan baru tanpa menimbulkan
persaingan penggunaan lahan dengan usaha tanaman pangan (not essentially
land based activities)
Tujuan Penelitian
Berkaitan dengan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian fundamental ini secara rinci adalah sebagai berikut :
- Menganalisis pendapatan rumahtangga petani, terutama tentang komposisi sumber pendapatan dan kontribusi usaha ternak sapi terhadap pendapatan rumahtangga.
- Menganalisis tingkat pemerataan distribusi penguasaan lahan sawah dan distribusi pendapatan rumahtangga petani
- Menganalisis optimalisasi usahatani terpadu antara tanaman pangan dan ternak sapi (crop-livestock system) dalam kerangka sistem pertanian berkelanjutan
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :
- Sebagai masukan bagi pemerintah daerah Kabupaten Blitar di dalam merumuskan kebijakan pembangunan pertanian dan perdesaan yang mengarah terwujudnya sistem pertanian berkelanjutan.
- Sebagai sumbangan dalam rangka pengembangan ilmu sosial ekonomi pertanian. Model analisis yang digunakan dan hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan dan dikembangkan dalam penelitian-penelitian sejenis lainnya
Urgensi (Keutamaan) Penelitian
Urgensi (keutamaan) dari penelitian ini adalah:
- Sebagai masukan bagi pemerintah daerah di dalam merumuskan kebijakan pembangunan pertanian dan perdesaan yang mengarah terwujudnya pertanian berkelanjutan.
- Sebagai sumbangan dalam rangka pengembangan ilmu sosial ekonomi pertanian. Model analisis yang digunakan dan hasil penelitian yang diperoleh dapat digunakan dan dikembangkan dalam penelitian-penelitian sejenis lainnya.
Target Luaran
Target luaran yang direncanakan dalam penelitian hibah fundamental
2011 ini adalah:
- Makalah pada konferensi nasional
- Makalah pada jurnal nasional
- Bahan materi bahan ajar pertanian berkelanjutan.
UNTUK MAKALAH LEBIH LENGKAP, SILAHKAN KLIK TOMBOL DI BAWAH INI