Mengacu pada konsep permbangunan berkelanjutan dan orientasi pembangunan pertanian berkelanjutan maka prinsip pembangunan pertanian berkelanjutan maka prinsip pembangunan pertanian berkelanjutan merupakan pertanian yang ramah lingkungan salah satunya adalah dengan menerapkan pertanian organik. Pertanian organik diartikan sebagai praktek pertanian secara alami tanpa pupuk buatan sedikit mungkin melakukan pengolahan tanah .
Bila kita sepenuhnya mengacu pada terminologi (pertanian
organik natural) ini tentunya sangatlah sulit bagi petani kita untuk
menerapkannya. Oleh karena itu pilihan yang kita lakukan adalah melakukan pertanian organik regeneratif,
yaitu pertanian dengan prinsip
pertanian disertai dengan pengembalian
ke alam masukan-masukan yang berasal dari bahan organik.
Pemilihan komoditas
dan areal usaha yang cocok merupakan kunci dalam pelaksanaan pembangunan
pertanian berkelanjutan, komoditas harus yang menguntungkan secara ekonomis,
masyarakat sudah terbiasa membudidayakannya, dan dibudidayakan pada lahan yang
tidak bermasalah dari segi teknis, ekologis, dan menguntungkan secara ekonomis.
Seperti misalnya pengelolaan komoditas holtikultura berwawasan lingkungan
dilakukan melalui permanfaatan sumber daya alam secara optimal, lestari dan
dimanfaatkan secara berkelanjutan untuk kepentingan generasi sekarang dan
generasi mendatang.
Beberapa prinsip dasar yang perlu diperhatikan adalah :
- Pemanfaatan sumberdaya alam untuk pengembangan pertanian berkelanjutan (terutama lahan dan air) sesuai dengan kemampuan dan daya dukung alam.
- Porses produksi atau kegiatan usaha tani itu sendiri dilakukan secara akrab lingkungan, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif dan eksternalitas pada masyarakat.
- Penanganan dan pengolahan hasil, distribusi dan pemasaran, serta pemanfaatan produk tidak menimbulkan maslaah pada lingkungan (limbah dan sampah)
- Produk yang dihasilkan harus menguntungkan secara bisnis, memenuhi preferensi konsumen dan aman konsumsi. Keadaan dan perkembangan permintaan dan pasar merupakan acuan dalam pertanian berkelanjutan ini.
Peranan masyarakat lokal sangat
pernting dalam menerapkan pembangunan pertanian berkelanjutan, kerana itu
kearifan lokal yang telah dimiliki nenek dan kakek moyang kita dalam melakukan
kegiatan usaha tani perlu dipelajari dan diterapkan kembali.
Disamping itu kelembagaan
masyarakat yang telah mengakar dan membudaya dalam kehidupan masyarakat
merupakan potensi besar untuk dikembangkan menjadi lembaga agribisnis, karena
telah terbiasa dan mengerti tentang keadaan sumber daya di daerah tersebut dan
beradaptasi dengan kondisi setempat serta mampu mengelola secara baik dan
mandiri (Communal Resources Management)
Perlu upaya khusus dalam merubah para digma berfikir petari dari
pendekatan pertanian untuk meningkatkan produksi menjadi pembangunan pertanian
dengan pendekatan agribisnis (usaha dan keuntungan) serta pertanian berkelanjutan (sustainable
development) dengan memperhatikan
kelestarian sumber daya alam dan menjaga keanekaragaman flora dan fauna,
sehingga siklus-siklus ekologi dapat berjalan dan berfungsi sebagaimana
metinya.
Selama sepuluh tahun terakhir
terjadi paradigma yang mengangkat masyarakat pertanian dari kondisi yang mengharuskan
produktifitas lebih tinggi menuju suatu kondisi masyarakat yang peduli pada
keberlanjutan. Hal ini dirasakan sebagai suatu kesalahan bahwa produktifitas
yang tinggi dari kegiatan pertanian konvensional telah menimbulkan kerusakan
yang cukup signifikan terhadap lingkungan alam dan masalah sosial.
Dalam usaha mengalihkan konsekuensi-konsekuensi
negatif pertanian konvensional, beberapa format sistem pertanian berkelanjutan
yang berbeda telah direkomendasikan sebagai alternatif-alternatif untuk
mencapai tujuan sistem produksi pertanian yang dapat menguntungkan secara
ekonomi dan aman secara lingkungan.
Kepentingan dalam sistem
pertanian alternatif ini sedang dimotivasi dengan suatu keinginan untuk
menurunkan tingkat kesehatan lingkungan dan kerusakan lingkungan dan sebuah komitmen terhadap manajemen
sumberdaya alam yang berkeadilan. Tetapi kriteria yang paling penting untuk
kebanyakan petani dalam mempertimbangkan suatu perubahan usaha tani adalah
keinginan memperoleh hasil yang layak secara ekonomi. Adopsi terhadap metode
pertanian alternatif ini membutuhkan suatu kondisi bahwa metode tersebut
sedikitnya sama kualitasnya dalam memperoleh keuntungan dengan metode
konvensional atau memiliki keuntungan-keuntungan non-keuntungan yang signifikan,
seperti sebagai usaha menjaga penurunan kualitas sumberdaya air dan tanah
secara cepat.
Katika perubahan dan kegiatan
pertanian konvensional ke pertanian berkelanjutan dilaksanakan, perubahan
sosial dan struktur ekonomi juga akan terjadi.
Pada saat imput menurun, terdapat hubungan yang menurun pula pada
hubungan kerja terhadap mereka yang selama ini terlibat dan mendapatkan manfaat
dari pertanian konvensional. Hasilnya adalah terdapat banyak kemungkinan yang
dapat ditemukan yaitu meningkatnya kualitas hidup, dan peningkatan kegiatan
pertanian mereka.
Dalam mengadopsi input minimal
(low input) sistem-sistem berkalanjutan dapat menunjukkan penurunan potensial
fungsi-fungsi eksternal atau konsekuensi
negatif dari jebakan sosial pada masyarakat. Petani sering terperangkap
dalam perangkap sosial tersebut sebab insentif-insentif yang mereka terima dari
kegiatan produksi saat ini.